BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
BELAJAR
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sebagian orang beranggapan
bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta
yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Belajar selalu
didefinisikan sebagai suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan oleh
pengalaman. Manusia telah belajar begitu banyak sejak mereka lahir, bahwa
belajar dan perkembangan adalah hubungan yang tidak dipisahkan.
Ada
definisi dari beberapa para ahli dalam pengertian belajar ini.
Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Chaplin membatasi
belajar dengan 2 macam rumusan yaitu pertama, belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Kedua, belajar adalah proses memperoleh respon sebagai akibat adanya latihan
khusus. Hintzman berpendapat belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah
laku organisme . Wittig berpendapat belajar ialah perubahan yang relative
menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku sutau
organisme sebagai hasil pengalaman. Reber , membatasi belajar dengan 2 macam
definisi : pertama, belajar
adalah proses memperoleh pengetahuan, kedua, belajar adalah sutu perubahan
kemampuan bereaksi relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Secara
kuantitatif belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang
dikuasai siswa
B. PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR
Agar aktivitas yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi
siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk
belajar.Davies (1991:32), mengingatkan beberapa
hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip
belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
1. Hal
apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat
melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap
murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap
kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang
murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera
diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid
belajar secara lebih berarti.
5. Apabila
murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia
lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih
baik.
Prinsip
belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses
belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat
mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah
tentang apa saja yangpembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEORI BELAJAR
Secara pragmatis teori
belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang
terkait dengan peristiwa belajar.
1. Koneksionisme
Teori
koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L
Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen
Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena
belajar. Dari belajar dengan binatang, thorndike melihat bahwa ada unsur
persamaan antara manusia dan binatang, hanya pada manusia kemampuannya lebih
tinggi. Thorndike mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah pembentukan
hubungan atau koneksi antara stimulus dan respons dan penyelesaian masalah yang
dapat dilakukan dengan cara trial dan error. Faktor penting yang mempengaruhi
semua belajar adalah reward.
Menurut
Thorndike, belajar akan berlangsung pada diri siswa jika siswa berada dalam
tiga macam hukum belajar, yaitu : 1) The Law of Readiness (hukum
kesiapan belajar), 2) The Law of Exercise (hukum latihan), dan
3) The Law of Effect (hukum pengaruh). Hukum kesiapan belajar
ini merupakan prinsip yang menggambarkan suatu keadaan si pembelajar (siswa)
cenderung akan mendapatkan kepuasan atau dapat juga ketidakpuasan.
2. Pembiasaan
klasik
Konsep teori
yang dikemukakan oleh Ivan Petrovitch Pavlov ini secara garis besar tidak jauh
berbeda dengan pendapat Thorndike. Jika Throndike ini menekankan tentang
hubungan stimulus dan respons, dan di sini guru sebaiknya tahu tentang apa yang
akan diajarkan, respons apa yang sini guru sebaiknya tahu tentang apa yang akan
diajarkan, respons apa yang diharapkan muncul pada diri siswa, serta tahu kapan
sebaiknya hadiah sebagai reinforcement itu diberikan; maka
Pavlov lebih mencermati arti pentingnya penciptaan kondisi atau lingkungan yang
diperkirakan dapat menimbulkan respons pada diri siswa. Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau
pembiasaan dpat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat
digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika
lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang
dikondisikan. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
3. Pembiasaan
perilaku respons
Teori pembiasaaan
perilaku respons ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih
sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini.
Penciptanya bernama B.F Skinner.
Operant adalah
sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan
yang dekat. Respons pada operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh
stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh
reinforcer. Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung
merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui
ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai
stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan
penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll),
perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,
mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dll).
Selanjutnya,
proses belajar dalam teori operant conditioning juga tunduk pada dua hukum
operant yang berbeda yakni : law of operant conditioning dan law of operant
extinction. Menurut law of operant conditioning, jika timbulnya tingkah laku
operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut
akan meningkat. Dan sebaliknya menurut law of operant extinction, jika
timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning
itu tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka tingkah laku trsebut akan
menurun atau bahkan musnah.
4. Teori
J. B. Watson
John Watson
dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang
paling dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist view it”
(1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu
yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya
diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi
harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh
karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada
penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak
kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap
dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam
psikologi.
Peran Watson
dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia menekankan pentingnya
pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan memberikan
kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang
anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat
ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: “Berikan
kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu
sesuai dengan kehendak saya”.
Teori perubahan
perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai
produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh
lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian
manusia.Behaviorisme tidak bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia.
Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun
irasional. Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat
berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati
dari luar.
Belajar dalam
teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara
stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu.
Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar. S
singkatan dari Stimulus, dan R singkatan dari Respons.
Pada umumnya
teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga besar behaviorisme memandang
manusia sebagai organisme yang netral-pasif-reaktif terhadap stimuli di sekitar
lingkungannya. Orang akan bereaksi jika diberi rangsangan oleh lingkungan
luarnya. Demikian juga jika stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam
waktu yang cukup lama, akan berakibat berubahnya perilaku individu. Misalnya
dalam hal kepercayaan sebagian masyarakat tentang obat-obatan yang diiklankan
di televisi. Mereka sudah tahu dan terbiasa menggunakan obat-obat tertentu yang
secara gencar ditayangkan media televisi. Jika orang sakit maag maka obatnya
adalah promag, waisan, mylanta, ataupun obat-obat lain yang sering diiklankan
televisi. Jenis obat lain tidak pernah digunakannya untuk penyakit maag tadi,
padahal mungkin saja secara higienis obat yang tidak tertampilkan, lebih
manjur, misalnya : Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini
adalah adanya unsur: dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respons, dan
penguatan (reinforcement). Unsur yang pertama, dorongan, adalah suatu keinginan
dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang
anak merasakan adanya kebutuhan akan tersedianya sejumlah uang untuk membeli
buku bacaan tertentu, maka ia terdorong untuk membelinya dengan cara meminta
uang kepada ibu atau bapaknya. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang,
meskipun kadarnya tidak sama, ada yang kuat menggebu, ada yang lemah tidak
terlalu peduli akan terpenuhi atau tidaknya.
Unsur
berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri
individu, dan tentu saja berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari
dalam. Contoh rangsangan antara lain adalah bau masakan yang lezat, rayuan
gombal, dan bahkan bisa juga penampilan seorang gadis cantik dengan bikininya
yang ketat.
5. Teori Robert Gagne
Gagne
adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang
dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan
konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis
komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk
mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong
guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya
belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi
pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki keterampilan
intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan.
Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih
kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar
konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi(belajar aturan
danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu
pada asosiasi stimulus respon.
6. Teori
Gestalt
Teori belajar
Gestalt (Gestalt Theory) ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan
dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880 – 1943) yang meneliti tentang pengamatan
dan problem solving, dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode
menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian
bukan hafalan akademis. Sumbangannya ini diikuti tokoh-tokoh lainnya, seperti
Wolfgang Kohler (1887 – 1959) yang meneliti tentang “insight” pada simpanse
yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape) di pulau Canary. Kurt Koffka (1886 –
1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, dan
Kurt Lewin (1892 – 1947) yang mengembangkan suatu teori belajar (cognitif field)
dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Penelitian –
penelitian mereka menumbuhkan psikologi Gestalt yang menekankan bahasan pada
masalah konfigurasi, struktur, dan pemetaan dalam pengalaman.
Suatu konsep
yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight” yaitu pengamatan
dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam
suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori
Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan
ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. Guru memberikan suatu kesatuan
situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus
berusaha menemukan hubungan antar bagian, memperoleh insight agar ia dapat memahamii
keseluruhan situasi atau bahan ajaran tersebut. “insight” itu sering
dihubungkan dengan pernyataan spontan seperti “aha” atau “oh, see now”. Menurut
teori Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap
objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan,
baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya proses
menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui
indera-indera seperti mata dan telinga.
Hukum pengamatan
menurut teori Gestalt meliputi :
a. Hukum
Keterdekatan, artinya yang terdekat merupakan Gestalt.
b. Hukum
Ketertutupan, artinya yang tertutup merupakan Gestalt.
c. Hukum
Kesamaan, artinya yang sama merupakan Gestalt.
Suatu hukum
yang terkenal dari teori Gestalt yaitu hukum Pragnanz, yang kurang lebih
berarti teratur, seimbang, simetri, dan harmonis. Untuk menemukan Pragnanz
diperlukan adanya pemahaman atau insight, menurut Ernest hilgard ada enam ciri
dari belajar pemahamn ini yaitu :
a. Pemahaman
dipengaruhi oleh kemampuan dasar.
b. Pemahaman
dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu yang relevan.
c. Pemahaman
tergantung kepada pengaturan situasi, sebab insight itu hanya mungkin terjadi
apabila situasi belajar itu diatur sedemikian rupa sehingga segala aspek yang
perlu dapat diamati.
d. Pemahaman
didahului oleh usaha coba-coba, sebab insight bukanlah hal yang dapat jatuh
dari langit dengan sendirinya, melainkan adalah hal yang harus dicari.
e. Belajar
dengan pemahaman dapat diulangi, jika sesuatu problem yang telah dipecahkan
dengan insight lain kali diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan, maka
dia dengan langsung dapat memecahkan problem itu lagi.
f. Suatu
pemahaman dapat diaplikasikan atau dipergunakan bagi pemahaman situasi lain.
7. Teori
Belajar Albert Bandura
Teori Belajar
Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat
memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi
dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari
hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh
individu – individu lain yang menjadi model.
Bandura menyatakan
bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya
penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima. Kita bisa meniru beberapa
perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang
ditimbulkannya atas model tersebut.
Proses belajar
semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran
melalui pengamatan. Selama jalannya Observational Learning, seseorang mencoba
melakukan tingkah laku yang dilihatnya dan reinforcement/ punishment berfungsi
sebagai sumber informasi bagi seseorang mengenai tingkah laku mereka.
Teori belajar
sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui
proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan
terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap
mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori
belajar sosial adalah modeling (peniruan).
8. Teori
belajar Kognitif
Sama halnya
dengan behviorisme, teori kognitif juga merupakan bidang kajian psikologi yang
banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena belajar manusia. Dalam beberapa
literatur, psikologi kognitif dipandang sebagai sebuah sintesis antara
psikologi behaviorisme dan psikologi Gestalt.
Meskipun dipandang
sebagai sebuah teori sintesis, namun dalam perkembangan selanjutnya, teori
belajar kognitif mampu menunjukkan substansi kajian yang sama sekali berbeda
dari behaviorisme. Bahkan dalam derajat tertentu, justru teori belajar kognitif
dipandang sebagai anti tesis terhadap teori belajar behaviorisme yang terlalu
mekanistik sehingga tidak dapat dipakai sebagai teori yang representatif dalam
menjelaskan fenomena belajar manusia.
Teori belajar
kognitif merupakan salah satu teori yang muncul sebagai reaksi terhadap
kelemahan mendasar dalam teori behaviorisme yang lebih mementingkan perubahan
perilaku yang tampak. Bagi para penganut teori kognitif, belajar bukan hanya
sekadar inteaksi antara stimulus dan respons melainkan melibatkan juga aspek
psikologis lain (mental, emosi, persepsi) yang menyebabkan orang memberikan
respons terhadap sebuah stimulus belajar.
Dalam
perspektif ini, stimulus bukanlah variabel tunggal yang menyebabkan terjadinya
respons melaikan terdapat variabel moderator tertentu yang turut mempengaruhi
kemunculan suatu respons. Variabel moderator inilah yang disebut sebagai faktor
intenal seperti emosi, mental, persepsi, motivasi dan sebagainya. Pada awalnya,
para penganut teori kognitif membangun agumentasinya bahwa antara stimulus dan
respons terdapat dimensi psikologis yang menyebabkan terjadinya perubahan
mental dan akibat dari perbuhan inilah menyebabkan orang merespons suatu
stimulus yang diberikan. Mengacu pada kerangka berpikir tersebut para penganjur
teori kognitif berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan dan
perubahan persepsi akibat interaksi yang sustainable antara individu dengan
lingkungan.
9.
Teori Deskriptif dan Perspektif
Teori
deskriptif dan perspektif adalah "The Nature of Belajar And Pembelajaran
Theory" yang pertama teori deskriptif, teori ini merupakan teori belajar,
sebuah teori yang medeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses beljaar
berlangsung dan kapan proses tersebut terjadi. Tidak ada batasan yang jelas,
bagaimana seseorang yang mengandalkan teori belajar dapat mengambil intisari
yang tepat pada kurikulum. Menjelaskan proses belajar merupakan tujuan utama
teori deskriptif. Sebaliknya, teori prescriptive yang merupakan teori
pembelajaran. Teori ini memiliki tujuan untuk menghasilkan akhir yang luar
biasa dan proses menghasilkannya secara optimal tujuan tersebut terkait dengan
seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan
diajarkan agar murid atau siswa lebih mudah menangkap informasi dari guru. Dan
untuk membedakan antara teori belajar dan pembelajaran kita bisa melihat
posisional teorinya. Teori deskriptif menaruh perhatian pada hubungan variable
yang menentukan hasil belajar. Sedangkan, teori preskriptif menaruh perhatian
pada bagian seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar.
10.
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya
Menurut
teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
jika ia dpaat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang
terpenting adalah "input" berupa stimulus dan "output" yang
berupa respons. Apa saja yang diberikan guru (stimulus); daftar perkalian, alat
peraga, pedoman kerja untuk membantu belajar siswa. Dan apa saja yang
dihasilkan siswa (respon) baik reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus
yang di berikan guru. Dan semua ini harus bisa diamati dan diukur untuk melihat
perubahan tingkah laku pada siswa. Factor yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik yaitu 1) Faktor penguatan, 2) Hukuman. Dalam penerapannya aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar,
seperti hubungan stimulus, respon individu atau siswa pasif, perilaku sebagai
hasil belajar yang tampak, pembentukan prilaku dengan penataan kondisi secara
ketat, "Reinforcement" dan "Punishment" merupakan
unsure-unsur yang sangat penting pada teori ini. Aplikasi teori ini dalam
pembelajaran bahwa kegiatan beljaar ditekankan sebagai "mimetic" yang
menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari.
Penyajian materi pembelajarannya mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil dan evaluasi
menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa telah
menyelesaikan tugasnya belajar.
11 .
Teori Belajar Kognitivistik dan Penerapannya
Berbeda
dengan teori behavioristik, teori kognitivistik merupakan teori yang menekankan
bahwa belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam pikiran manusia bukan
hanya sekedar interaksi antara stimulus dan respon tapi juga aspek psikologis
(mental, emosi, persepsi). Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu
proses internal yangmencakup ingatan, retensi , pengolaan informasi emosi dan
aspek kejiwaan. Dalam penerapannya, keterlibatan siswa secara aktif amat
dipentingkan untuk menarik minat dan meningkat retensi belajar perlu mengaitkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi
pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika dari sederhana ke
kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena
factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
12. Teori
Belajar Konstruktif dan Penerapannya
Teori
belajar konstruktif secara konseptual, proses belajar dipandang dari pendekatan
kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari
luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori ini juga memandang
bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Peranan teori
konstruktivisme pada pembelajaran yaitu setiap guru akan pernah megnalami bahwa
suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya, tetapi masih ada sebagian
peserta didik yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan
sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwaseorang guru dapat pembelajaran suatu
materi kepada siswa dengan baik, tetapi seluruh atau sebagian peserta didiknya
tidak belajar sama sekali. Usaha keras seroang guru dalam pembelajaran tidak
harus diikuti dengan hasil yang baik pada peserta didiknya. Karena hanya dengan
usaha yang keras para siswa sendirilah para peserta didik akan betul-betul
memahami suatu materi yang diajarkan.
13. Teori
Belajar Humanistik dan Penerapannya
Selain
teori behavioristik dan teori kognitif, teori humanistic juga penting untuk
dipahami. Menurut teori humanistic, proses belajar harus dimulai dan
ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori ini
bersifat lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar, teori
humanistic sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu
sendiri. Dalam aplikasi dalam pembelajaran teori humanistic cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Teori ini
juga amat mementingkan factor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif
dalam belajar.
B.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Secara umum
factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut
saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar.
1. Faktor
Internal
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor
internal ini meliputi factor fisiologis dan factor psikologis.
a. Faktor
Fisiologis
Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi
dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada
umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani
sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses
belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses
belajar , merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima
dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca
indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan
telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan
baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan
fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan
lain sebagainya.
b. Faktor Psikologis
Factor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis
yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi ,
minat, sikap dan bakat.
2. Faktor
Eksternal
a. Lingkungan
Sosial
Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan
seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk
belajar.
Lingkungan social massyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
b. Lingkungan non
Sosial
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,
tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak
terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa
akan terlambat.
Factor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat
belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua,
software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,
silabus dan lain sebagainya.
Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan
metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena
itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas
belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi
siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Belajar dan pembelajaran merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan. Belajar adalah proses perubahan perilaku yakni merubahkan
yang terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge) sikap (attidude) dan
keterampilan (skills) yang disebut juga teori Deskriptif dan pembelajaran
adalah utnuk membentuk pola belajar, yang disebutnya teori prespektif. Belajar
dan pembelajaran tanpa teori tidak akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Belajar dan pembelajaran haruslah mempunyai teori karena dengannya adanya teori
seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan, menjelaskan dan
memprediksikan phenomena telah di laksanakan oleh tenaga pendidik dan anak
didik. Teori belajar behavioristik, kognitivistik, humanistic dan konstruktif
merupakan beberapa teori belajar dan pembelajaran yang digunakan dalam dunia
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta; PT. Rineka Cipta. Siregar, Eviline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar
dan Pembelajaran.
Bogor
Ghalia Indonesia
Budiningsih,
Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; PT. Asdi Mahasatya
Karwono
Mularsih,
Heni. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Ciputat: Cerdas Jaya
Joe,
Golan. 2009. Teori Pembelajaran.
http://www.teoripembelajaran.com/
Artikel yang bagus, sangat membantu , semoga bermanfaat bagi pembaca semua..amiin
BalasHapusRidwan
https://servicebagus.online
terimakasih, semoga bermanfaat
HapusLas Vegas Casinos - JTM Hub
BalasHapusThe best casinos in Las Vegas and on the Strip. 전주 출장안마 Find top casino slots, table games 안동 출장샵 and 양주 출장샵 more to 이천 출장마사지 play online for free or for 충주 출장안마 real money at JTM.